Romaji:
Boku wa wasurerareta
Hai tsumoru machi de
Nakushi mono wo sagashiteita
Akai me wo shita kimi ga
Chiisana koe de inotte mo
Mimi wo fusaideta
Te wo nobasu yori
Kakurete shimaou
Wareta sora wo yubisashi
Kodomo no me de
Waraiau
Yoru no sukima kara
Nozoku hikari wo abite
Koko de nemurou
Dare ni mo mitsukarazu ni
Awaku sugiru hibi no naka de
Shimitsuiteku
Zurusa mo wakatteru
Yorisou kioku no fukasa
Sore dake de
Bokura koko ni toraware
Ne wo hari ikiteiru
Te wo kasanetara
Nani ka ga kawaru?
Wareta sora no mukou
Ookina me ga mitsumeteru
Asa no konai kono kuni de
Kodoku na hikari wo sagashiteru
Kishimu yoru no aida
Itami wa tsuzuki
Kawaita shousou
Utsumuiteita kedo
Kimi no muku na kotoba ga
Boku no kokoro wo yurashita
Subete arainagasu youni
Hiekitta kokoro wo tokashita
Wareta sora wo yubisashi
Kodomo no me de
Waraiau
Yoru no sukima kara
Nozoku hikari wo abite
Koko de nemurou
Kimi to futari de
Indonesian:
Aku tengah mencari sesuatu yang hilang
di tengah kota terlupakan
yang tertutup oleh abu ini
Meskipun kau dengan merahnya mata itu
tengah berdoa dengan suara lirih
Tapi aku sedang menutup kedua telinga
Dibanding merentangkan tangan,
lebih baik lekaslah kita bersembunyi
Dengan mata bagai anak tanpa dosa
kita saling tertawa
dan menunjuk langit yang retak itu
Bermandikan cahaya
yang mengintip di balik celah malam
dan terlelap di sini
dimana tak'kan ada yang menemukan kita
Aku yang elah ternodai
di tengah hari-hari fana yang berlalu ini
bahkan telah mengerti makna kelicikan
Kita terbelenggu di sini
hanya oleh karena
dalamnya kenangan yang kita dekap bersama
Hidup berdua dengan menjalarkan akar
Akankah ada yang berubah
jika kusatukan jemari ini?
Di balik langit yang retak,
Sepasang mata besar tengah mengawasi
sembari kita mencari secercah cahaya sepi
di negeri tanpa hadirnya sang pagi ini
Di antara celah malam yang retak,
Kepedihan terus berlanjut
menjadi kegelisahan yang mengering
Aku putus asa, menundukkan kepala
Namun kata-katamu yang begitu murni dan tulus
telah menggetarkan hati ini
Seolah membersihkan segala noda,
meleburkan hatiku yang membeku
Dengan mata bagai anak tanpa dosa
kita saling tertawa
dan menunjuk langit yang retak itu
Bermandikan cahaya
yang mengintip di balik celah malam
dan terlelap di sini
Berdua, hanya kau dan aku
Sumber:
Dream Lands Lyrics
di tengah kota terlupakan
yang tertutup oleh abu ini
Meskipun kau dengan merahnya mata itu
tengah berdoa dengan suara lirih
Tapi aku sedang menutup kedua telinga
Dibanding merentangkan tangan,
lebih baik lekaslah kita bersembunyi
Dengan mata bagai anak tanpa dosa
kita saling tertawa
dan menunjuk langit yang retak itu
Bermandikan cahaya
yang mengintip di balik celah malam
dan terlelap di sini
dimana tak'kan ada yang menemukan kita
Aku yang elah ternodai
di tengah hari-hari fana yang berlalu ini
bahkan telah mengerti makna kelicikan
Kita terbelenggu di sini
hanya oleh karena
dalamnya kenangan yang kita dekap bersama
Hidup berdua dengan menjalarkan akar
Akankah ada yang berubah
jika kusatukan jemari ini?
Di balik langit yang retak,
Sepasang mata besar tengah mengawasi
sembari kita mencari secercah cahaya sepi
di negeri tanpa hadirnya sang pagi ini
Di antara celah malam yang retak,
Kepedihan terus berlanjut
menjadi kegelisahan yang mengering
Aku putus asa, menundukkan kepala
Namun kata-katamu yang begitu murni dan tulus
telah menggetarkan hati ini
Seolah membersihkan segala noda,
meleburkan hatiku yang membeku
Dengan mata bagai anak tanpa dosa
kita saling tertawa
dan menunjuk langit yang retak itu
Bermandikan cahaya
yang mengintip di balik celah malam
dan terlelap di sini
Berdua, hanya kau dan aku
Sumber:
Dream Lands Lyrics
Tidak ada komentar:
Posting Komentar